Kamis, 04 Oktober 2012

Detik

Mengalun lembut tabuhan nadi kehidupan...

Mendayu-dayu...
tapi bukanlah letih apalagi sedih...
Meratap dalam...
namun tak menyayat apalagi pedih..


detik itu...bahasa..
harus di mengerti...
detik itu...pertanda..
harus dipahami...

detik adalah tawa dan tangis, suka dan duka..
namun detik bisa juga adalah hampa...



Minggu, 15 Juli 2012

di Sebuah Pagi..

"oooo...bawalah aku selalu kelangit biru..."

Sepenggal lirik lagu boomerang membawa Daiyan memulai pagi yang langitnya cerah merambah ke tiap sudut kota cantik bernama Banda Aceh. Sepenggal lirik yang membangkitkan semangatnya yang hampir padam karna kerinduan pada kampung halaman. Yah, baru saja tiga hari yang lalu Daiyan sampai di Kota Banda Aceh ini, tp semua yang ada di tanah kelahirannya menyayat dan mengusik sisi sensitifnya.., kedua orang tua, adik-adik..dan tentu saja kekasih hatinya...semua seakan terasa sangat jauh. Hari pertama di kantor baru ini, semua terlihat normal. Sambutan dari senior nya dulu di Kampus terasa bersahabat. Petit namanya, memang nama yg asing bagi orang Indonesia, apalagi di daerah Aceh, dimana hampir 90% nama anak akan "berkiblat" pada nama-nama Islami.

"hey yan, kapan sampai ?" gimana di Banda..bakalan kerasan gak kira-kira ?"
ehh..bang Petit, Alhamdulillah udah sampai di Banda hari Jumat kemarin, yaa..Insya Allah diusahakan kerasan bang.."
"gimana..udah sarapan..?"
belum lagi Daiyan menjawab Petit langsung menyambar
"udah..ayo kita ke WarKop di sini sebelum semua aktifitas inti dilakukan kita wajib ngupi dulu..."
"hmmm...boleh juga bang, kebetulan mata masih ngantuk ni, tadi malam susah tidur, grogi mau masuk kantor baru...hahaha"
"ahh...apa yang buat grogi, nyantai aja, toh ada aku di sini nyantai aja kayak di pantai...hahaha"

Setelah sedikit berkelakar akhirnya mereka pun berangkat ke WarKop yang ada di dekat kantor mereka. Suasana di WarKop Taufik begitu ramai, mulai dari pekerja kantoran, Pegawai negeri, hingga pedagang pasar ngumpul dan berkelakar sambil menikmati secangkir kopi mereka.

"Sanger saboh beuh, kau minum apa Yan?"
"ha..? td yang abang pesan apa? sengar..?" aku juga pesan itu bang"
"hahahaha...Sanger..Yan, ahh kau ngerusak nama minuman khas sini aja..."
"hahaha..ya maaf bang kan ane baru di sini.."
"sanger thu salah satu minuman khas di warung kopi sini Yan, itu isinya kopi di campur susu, hanya saja cara mereka meramunya sangat berbeda, yaitu dengan mengangkat saringat kopinya setinggi mungkin dan menampungnya di cangkir yang sudah di taruh susu, pokoknya rasanya maknyus dah.."

Setelah Petit menjelaskan secara rinci tentang Sanger, muncul rekan-rekan baru Daiyan yang lain, Abdul, Adri, Tomo, dan Priyatmo.

"Woi Tit..maen tunggal aja ni, gak nunggu-nunggu ya" cecar si Adri.
"ahh..mana tunggal, ni kenali Daiyan adik ku di kampus dulu, sekarang jadi partner kita di kantor"
"weeh..mantap ni ada tambahan skuad tim futsal kita" sambar si Abdul.."

dan mereka pun membaur sambil menikmati sarapan dan kopi mereka. Selepas sarapan, mereka pun kembali ke kantor dan memulai aktifitas. Daiyan menempati kantor di lantai dua bersama Petit, Abdul, dan Tomo.

"well, Alhamdulillah sepertinya kawan-kawan di sini juga sangat bersahabat, insya Allah mereka mampu membenamkan sebentar rasa rindu ku pada segala yang ada di kota kelahiranku." gumam Daiyan dalam hati.

Selasa, 29 Mei 2012

PASTI MATI...!!!


Semua..
Bagai tiada harapan di keabadian…
Bagai tiada harapan di keabadian…
Meraung dan meratap kau pada fatamorgana..
Seakan di sini kau akan kekal…
dan kelak terberangus dalam baka…

ahhh...
Apa perduli ku pada angan kalian…
Apa guna ku pikirkan asa kosong kalian…
Di sini hanya perlu ego dan tatap antusias…
Lalu melanglang pasti dalam langkah gontai…

Siapa yang butuh kalian…
Siapa yang perlu tatap iba palsu itu…
Cam kan lah….!!!
Semua akan ku rengkuh…
Semua akan ku renggut…
hingga muak ku dan ku hempaskan semua kembali…